Fortys Bersikeras Untuk Semakin Berkualitas
Pemateri yang didatangkan sangat berkompeten di bidangnya. Pemateri pertama tentang peningkatan kualitas guru disampaikan oleh Ibu Dr. Umi Dayati, M. Pd, Dosen Pascasarjana UM, Kaprodi Pendidikan Non Formal. Sangat tepat beliau mengisi materi di seminar ini, pasalnya TPQ merupakan bagian dari Pendidikan Non Formal. Beliau termasuk praktisi di bidang Pendidikan, bukan hanya akademisi. Oleh karena itu, beliau mampu memberikan materi yang sangat berkesan untuk para peserta seminar.
Materi yang didapatkan sangat bermanfaat. Para peserta seminar mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana menjadi guru yang baik. Perlunya seorang guru memahami psikologi peserta didik, sehingga proses pembelajaran bisa disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Termasuk beberapa gaya belajar anak didik yang perlu dipahami oleh para guru, antara lain audional, visual dan kinestetik. Kecenderungan otak kanan atau otak kiri juga menjadi hal penting yang perlu dipahami guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Sehingga pembelajaran tidak lagi "ala atung" asal-asalan. Pembelajaran pun diharapkan menjadi lebih hidup dan berkesan bagi anak didik.
Bu Umi juga berpesan untuk tidak menjadikan TPQ sebagai lembaga formal yang terkesan kaku, kurang menyenangkan bagi anak-anak. TPQ harus menjadi pelabuhan anak-anak menikmati masa kanak-kanaknya. Perlu dikembalikan ruh TPQ yang menjadi tempat lebih menyenangkan daripada sekolah. Beberapa pesan ini disampaikan kepada para peserta agar ada upaya memperbaiki suasana saat pembelajaran Al-Qur'an di TPQ yang lebih sesuai dengan anak-anak, bahkan akan lebih baik lagi jika suasana TPQ mampu lebih menyenangkan daripada gadget yang akhir-akhir ini menjadi pemicu penyakit-penyakit psikis pada anak-anak.
Pemateri kedua untuk seminar ini juga sangat berkompeten di bidangnya. Dua orang dari Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PIQ) Singosari, Gus Anas dan Gus Luthfillah. Gus Anas adalah putra dari KH. Bashori Alwi yang tak diragukan lagi kompetensi dan pengelamannya dalam mengajarkan Al-Qur'an. Sedangkan Gus Luthfillah termasuk tutor yang ditunjuk langsung oleh Abah Yai Bashori, satu dari 9 tutor yang biasa dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia.
Materi kedua ini juga tak kalah menarik daripada materi pertama, pasalnya pada sesi ini para peserta terbuka wawasannya tentang manajemen Pengajaran Al-Qur'an yang lebih efektif dan efisien. Pada dasarnya semua manajemen TPQ sama, hanya saja ada pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan beberapa aspek dalam pembelajaran Al-Qur'an. Secara umum, pembelajaran Al-Qur'an yang baik pasti bermodalkan lima pilar ini, diantaranya SDM guru, penguasaan bahan ajar, metodologi, pengelolaan kelas, administrasi atau perangkat pembelajaran. Kelima pilar ini sangat berhubungan satu sama lain. Jika ada satu diantaranya kurang baik, maka pembelajaran Al-Qur'an juga kurang maksimal. Namun, ada beberapa hal yang memang perlu lebih diperhatikan yaitu ruhul mu'allim. Keikhlasan dan kesabaran seorang guru dalam mengajar harus lebih diutamakan, karena hal ini akan sangat mempengaruhi ruhul muta'allim.
Guru diibaratkan mesin fotokopi. Apapun yang diterima dan diberikan akan sangat menentukan kualitas santrinya. Kemampuan guru ngaji perlu terus diperbaiki dan terus belajar, tidak lantas berhenti belajar karena sudah menjadi guru. Pemahaman tentang membaca Al-Qur'an yang baik dan benar harus terus dijaga dan ditingkatkan. Adanya Tahsinul Qur'an manjadi penting sebelum mengajarkan Al-Qur'an, karena kualitas baca Al-Qur'an akan baik jika terus diulang dan ditashih. Sehingga dari pengulangan bacaan yang baik itulah akan menjadi kebiasaan baik. Namun, pengulangan ini pun juga perlu adanya kreasi. Ada pengulangan secara individu, semi klasikal, dan klasikal penuh. Pengulangan yang paling efektif adalah pengulangan secara klasikal, bukan individu. Guru wajib memberikan contoh dahulu, sebelum santri melafalkan, agar kualitas bacaan yang baik akan diterima oleh santri dengan maksimal. Setelah proses pengulangan berjalan dengan baik, seorang guru harus mampu menilai dan mengevaluasi santrinya. Hal ini dimaksudkan untuk dapat diketahui seberapa tinggi pencapaian santri dalam membaca Al-Qur'an.
Dari seminar ini akan diupayakan untuk diadakan program-program yang berkelanjutan agar terus ada peningkatan kualitas sistem manajemen TPQ dan kompetensi guru-gurunya. Lazis Sabilillah sebagai pendukung utama juga trus berupaya untuk mewadahi Fortys menyelenggarakan program-programnya. (Muhammad Choiru Nasta'in)
Komentar
Posting Komentar